Ekonomi

Siapapun presiden terpilih akan hadapi tantangan perekonomian

IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3 persen pada tahun ini yang juga akan memberikan dampak negatif bagi Indonesia

İqbal Musyaffa  | 10.04.2019 - GÜNCELLEME : 10.04.2019
Siapapun presiden terpilih akan hadapi tantangan perekonomian Pasangan calon presiden - calon wakil presiden pemilu 2019 nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri), dan Pasangan calon presiden - calon wakil presiden pemilu 2019 nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Uno (kanan), saat mengikuti debat capres-cawapres pemilu 2019, di Jakarta, Indonesia pada 17 Januari 2019. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Rektor Universitas Atmajaya sekaligus ekonom Agustinus Prasetyantoko mengatakan siapapun presiden yang terpilih nanti harus siap menghadapi fakta berupa tantangan perekonomian yang tidak sederhana.

Agustinus mengatakan IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3 persen pada tahun ini yang juga akan memberikan dampak negatif bagi Indonesia.

“Iklim bisnis dan industri proyeksinya juga tidak menggembirakan,” jelas dia dalam diskusi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, berdasarkan survei Japan External Trade Organization (Jetro) menyebutkan hambatan dalam berinvestasi di Indonesia karena isu perpajakan, perburuhan, dan proyeksi kenaikan upah yang dianggap menjadi faktor risiko dalam berbisnis.

“Secara umum, bisnis tidak semeriah sebelumnya. Ekonomi tidak akan tumbuh kalau bisnis tidak berkembang pesat,” ungkap Agustinus.

Agustinus menekankan ekspansi dunia bisnis harus bisa dimaksimalkan di tengah suramnya ekonomi global.

“Dari sisi internal, aspek yang bisa dimaksimalkan adalah meningkatkan input dunia usaha, mengurangi bahan baku yang masih impor, dan ada faktor lain yang mestinya bisa diselesaikan pemerintah,” tambah Agustinus.

Dia berharap pemerintah dapat mempercepat reformasi dan penataan dalam dunia usaha seperti akselerasi debirokratisasi perizinan serta dukungan pada dunia usaha untuk leluasa dalam melakukan ekspansi.

“Meskipun sudah ada OSS, implementasi perizinan investasi perlu dipercepat untuk memfasilitasi dunia usaha dalam berekspansi,” lanjut Agustinus.

Selanjutnya, Agustinus mengatakan isu upah tenaga kerja harus bisa dikalkulasi dengan baik agar masalah ini tidak lagi bergantung pada tawar menawar politis antara serikat buruh dengan Pemda yang bisa menimbulkan ketidakpastian pada dunia usaha.

“Risiko kenaikan biaya seperti upah buruh terhadap kelangsungan usaha di Indonesia sebesar 48 persen, lebih tinggi dari Vietnam sebesar 30 persen,” tambah dia.

Agustinus melanjutkan presiden terpilih nanti harus bisa memperbaiki profil ketenagakerjaan Indonesia yang secara umum memiliki kompetensi belum memadai.

“Siapapun yang menang, harus ada upaya signifikan tingkatkan kompetensi,” tegas dia.

Agustinus menambahkan berdasarkan survei Jetro tersebut bisa disimpulkan bahwa Indonesia tidak lagi menjadi tempat yang menarik untuk investasi dan investasi asal Jepang bisa menurun.

“Pesan pentingnya adalah kita harus berbenah kalau tidak, daya saing kita akan semakin menurun,” Agustinus menekankan.

Selain itu, menurut Agustinus, pemerintah selanjutnya juga harus mengakselerasi pertumbuhan investasi langsung dari dalam dan luar negeri.

“Harus ada injeksi modal dari luar negeri, karena PMDN kita ada keterbatasan permodalan,” ungkap dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). . Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.